Rabu, 08 Oktober 2008

Bermain Dengan Sunyi


Lagi, Jakarta membuat otak saya muntah. Perasaan saya seolah meringis, diiris oleh nyanyian sunyi. Ah, baru tiga hari saya menginjakan kaki kembali ke tanah merah ini, tetapi kenapa jengah sudah memenuhi kepala.

Ada setumpuk pekerjaan yang harus saya kerjakan. Ada sederet perubahan yang ingin saya lakukan. Tapi yang saya lakukan tak lebih dari sekedar diam, dan membiarkan sunyi yang menari-nari. Memamah waktu milik saya.

Seminggu di rumah bersama keluarga membuat batin saya tenang. Meski terkadang bayangan laki-laki itu melintas dibenak saya, tak mengapa karena sekarang saya sudah bisa mengusirnya. Tapi ada malu yang pelan-pelan merasup dalam kalbu.

Saya malu karena telah membuat ayah dan ibu berpikir kalau saya adalah anak baik. Anak manis yang pantas mereka gadang-gadang di depan keluarga besar. Ah, semoga saja mereka tidak tahu karena saya sendiri malu.

Saya seorang yang jauh dari kata sempurna. Berkali saya kehilangan sahabat karena sebuah keegoisan. Saya biarkan mereka berlalu untuk sebuah keangkuhan. Padahal kalau mau jujur batin saya sering berbisik lirih bahwa saya butuh mereka. Tapi saya memilih untuk mendongakan kepala.

Saya memilih larut dalam sepi-sepi

Bermain bersama bayangbayang

Kelabu..

Buat semua yang pernah merasa tersakiti baik dengan sengaja ataupun tidak, kali ini saya ingin merunduk sekedar memohon dibukakan pintu maaf.


Nb : Foto ini karya dwi rastafara


Tidak ada komentar: